Kita bisa menjalankan aplikasi flask dengan beberapa envionment ( lingkungan ), misalnya environemt "prodution" yang di akses oleh banyak user, atau "development" pada saat proses development. Kita bisa menamakan environment dengan nama apa saja terserah kita.
Konfigurasi environment berfungsi sebagai pembeda environment (lingkungan) mana yang sedang di gunakan, kita bisa mengatur konfigurasi ini dengan cara biasa seperti pada tutorial sebelumnya, namun lebihnya dari konfigurasi lain, di konfigurasi ini kita juga bisa mengaturnya melalui settingan environment global pada os kita, misalnya di linux:
export FLASK_ENV = "development"
Di linux, dengan menggunakan sintag "export" kita bisa mengubah variabel environment os kita, dari contoh tersebut saya membuat nama variabel FLASK_ENV dengan value "development", secara otomatis aplikasi flask yang akan kita jalankan mengambil value dari variabel FLASK_ENV dari variabel environment os kita, anda bisa mengeset variabel environment di windows juga.
Secara umum ada dua mode dalam menjalankan aplikasi flask yaitu :
contoh:
Mode Development :
- database yg di gunakan menggunakan database TokoTest
- folder tempat upload gambar berada di folder GambarListTest
- Debug On
Mode Production :
- database yg di gunakan menggunakan database Toko
- folder tempat upload gambar berada di folder GambarList
- Debug Off
Dari contoh pengelompokkan konfigurasi di atas, kita tidak menggangu database yg ada di production di saat kita menjalankannya di lokal dengan menggunakan mode development, ini hanya contoh saja.
Ini membuat kita tidak repot-repot mengubah banyak konfigurasi di kodingan di saat kita menjalankannya di lokal atau di server, maka kita cukup membuat konfigurasi dalam suatu kelompok development mode atau production mode.
Jika kita sudah menentukan konfigurasi-konfigurasi mana saja yang di kelompok-kan pada development mode atau production mode, maka nanti di saat kita jalankan aplikasinya tinggal di pilih modenya dengan beberapa perintah, dan dengan beberapa perintah itu cukup untuk mengubah seluruh konfigurasi secara otomatis sesuai dengan yg telah kita tentukan
secara simple-nya kita bisa melihat konfigurasi environment dengan cara :
secara default nilai dari config ENV ini adalah 'prodcution' , dan pada 'production mode' secara default membuat settingan Debug bernilai False, dan pada 'development mode' Debug bernilai True.
Kita bisa membuat sekumpulan konfigurasi dalam kelompok development atau production menggukan kondisi if else :
contoh :
dengan melakukan ini kita tidak usah mengubah konfigurasi di kodingan, cukup dengan menge-set variabel environment pada os kita dengan cara-nya masing-masing, contoh di linux kita bisa menggunakan sintag export seperti yang saya contohkan sebelumnya, seperti gambar berikut :
Sekian dan terimakasih :).
next : tutorial flask routing
Konfigurasi environment berfungsi sebagai pembeda environment (lingkungan) mana yang sedang di gunakan, kita bisa mengatur konfigurasi ini dengan cara biasa seperti pada tutorial sebelumnya, namun lebihnya dari konfigurasi lain, di konfigurasi ini kita juga bisa mengaturnya melalui settingan environment global pada os kita, misalnya di linux:
export FLASK_ENV = "development"
Di linux, dengan menggunakan sintag "export" kita bisa mengubah variabel environment os kita, dari contoh tersebut saya membuat nama variabel FLASK_ENV dengan value "development", secara otomatis aplikasi flask yang akan kita jalankan mengambil value dari variabel FLASK_ENV dari variabel environment os kita, anda bisa mengeset variabel environment di windows juga.
Secara umum ada dua mode dalam menjalankan aplikasi flask yaitu :
- Development Mode
Mode ini kita gunakan saat pengembangan aplikasi - Production Mode
Mode ini digunakan saat aplikasi kita dijalankan di server public, atau hosting, atau vps
contoh:
Mode Development :
- database yg di gunakan menggunakan database TokoTest
- folder tempat upload gambar berada di folder GambarListTest
- Debug On
Mode Production :
- database yg di gunakan menggunakan database Toko
- folder tempat upload gambar berada di folder GambarList
- Debug Off
Dari contoh pengelompokkan konfigurasi di atas, kita tidak menggangu database yg ada di production di saat kita menjalankannya di lokal dengan menggunakan mode development, ini hanya contoh saja.
Ini membuat kita tidak repot-repot mengubah banyak konfigurasi di kodingan di saat kita menjalankannya di lokal atau di server, maka kita cukup membuat konfigurasi dalam suatu kelompok development mode atau production mode.
Jika kita sudah menentukan konfigurasi-konfigurasi mana saja yang di kelompok-kan pada development mode atau production mode, maka nanti di saat kita jalankan aplikasinya tinggal di pilih modenya dengan beberapa perintah, dan dengan beberapa perintah itu cukup untuk mengubah seluruh konfigurasi secara otomatis sesuai dengan yg telah kita tentukan
secara simple-nya kita bisa melihat konfigurasi environment dengan cara :
secara default nilai dari config ENV ini adalah 'prodcution' , dan pada 'production mode' secara default membuat settingan Debug bernilai False, dan pada 'development mode' Debug bernilai True.
Kita bisa membuat sekumpulan konfigurasi dalam kelompok development atau production menggukan kondisi if else :
contoh :
dengan melakukan ini kita tidak usah mengubah konfigurasi di kodingan, cukup dengan menge-set variabel environment pada os kita dengan cara-nya masing-masing, contoh di linux kita bisa menggunakan sintag export seperti yang saya contohkan sebelumnya, seperti gambar berikut :
Sekian dan terimakasih :).
next : tutorial flask routing
Komentar
Posting Komentar